Senin, 19 April 2010

AYO KITA DUKUNG GERAKAN BIKE TO WORK


Jangan berharap semua orang akan mendukung gerakan Bike To Work. Sejumlah pakar lingkungan bahkan mengecam orang-orang yang menaiki sepeda di tengah polusi udara yang pekat itu. Pada kondisi udara yang kotor itu, bersepeda nyaris tak ada bedanya dengan tindakan bunuh diri. Maklumlah, saat bersepeda paru dan jantung akan bekerja exstra keras untuk memenuhi kebutuhan oksigen. Tapi alih-alih memperoleh pasokan oksigen, justru aneka gas beracun masuk ke dalam tubuh. Tapi tak apalah, negeri ini memang butuh martir, tapi bukan martir dalam arti sebenarnya. Akan lebih tepat jika para bike to worker itu dikatakan sebagai pahlawan lingkungan. Kenapa? Martir menjadikan dirinya sebagai korban. Tapi tak demikian bagi bike to worker. Para pahlawan ini sadar benar bahwa kondisi udara memang sudah tak lagi bagus. Udara yang sehari-hari dihirup oleh warga ini sangat sarat dengan kandungan karbon monoksida (CO), ada paparan timbal, (Pb) dan lain sebagainya. Naik sepeda ataupun tidak, udara berkwalitas buruk itulah yang harus di sedot. Bedanya, dengan naik sepeda kita tak perlu memperburuk kwalitas udara yang ada disekitar kita. Bike to worker hanya mengeluarkan keringat, tapi tidak mengemisi CO atau Pb. Tapi bukankan mereka menghisapnya sepanjang perjalanan? Ya juga, memang. Satu hal yang tak boleh dilupakan. berbarengan dengan saat mereka menghisap udara buruk itu, jantung dan paru mereka beraktivitas. Penelitian yang dilakukan di Singapura dan Amerika, membuktikan jantung dan paru yang aktif bisa mengurangi jumlah zat beracun yang merasuki tubuh. Kata lainnya, racun yang merasuki tubuh orang yang naik sepeda ditengah polusi udara, jauh lebih ringan dibandingkan yang diserap oleh pengendara sepeda motor atau mereka yang memanjakan diri dengan dinginnya air conditioner di dalam mobil. Ingat filter udara yang ada diperangkat AC sejatinya tak bisa menangkal masuknya aneka zat beracun. Di dalam mobil, mereka mungkin memang bisa berleha-leha menikmati udara yang adem. Tapi kesehatan mereka tak lebih baik dibandingkan dengan mereka yang terengah-engah mengayuh sepada. Jadi siapa yang sesungguhnya melakukan tindakan bunuh diri itu? Siapa pula yang jadi martir dan pahlawan? Anda tentu sudah bisa menjawabnya sendiri.

3 komentar:

projectem on 21 April 2010 pukul 13.45 mengatakan...

setuju banget sob, biarkan orang berkata apa tapi gerakan seperti ini menunjukkan keperdulian tentang lingkungan, aku pribadi sih dukung banget. Malahan di kotaku tercinta Jogja udah di canangkan program yang namanya "SEGO SEGAWE" yang artinya Sepeda Kanggo Mangkat Sekolah Lan Nyambut Gawe atau dalam Bahasa Indonesianya berarti Sepeda Dipakai Untuk Berangkat Sekolah dan Bekerja, responnya lumayan positif

MTB Senggreng Malang on 22 April 2010 pukul 22.57 mengatakan...

@projectem,....wah salut buanget bro,....lanjutin program itu,..biar bumi ini makin indah dan sehat tanpa polusi demi ank cucu bro

Koskas gowes on 25 Februari 2011 pukul 13.54 mengatakan...

Sibb...nice article gan...
sebelum virus sepeda merebah...ane jg dari dulu suka sepedah2an gan, satu hari kgak nyepedah aja rasanya ada yang kurang...hahahahay(alay.com)
tp memang,klo kita tidak bisa mengendalikan penggunaan kendaraan bermotor lama2 bumi kita akan dipenuhi polusi&smua orang pasti bakalan gak sehat...
salam goweser...

 
mtb-senggreng.blogspot.com

MTB Senggreng Copyright © 2009 WoodMag is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template